• Struktur Halaman

  • Yang Mampir

    • 529.451 pengunjung
  • Tulisan Dalam Blog Ini…

ADA APA DENGAN 1 RAMADHAN, 1 SYAWAL DAN 10 ZULHIJJAH?

Bismillahirrahmanirrahiiiim. Salam Wrwb.

Ada yang bertanya masalah selisih paham penetapan 1 Ramadahan/Syawal yang tiap tahun menjadi kontroversi.

Pertama (1):
Yang menjadi perbedaan penetapan 1 Ramadhan adalah karena metode yg dipakai berbeda, yakni: HISAB & RUKYAT.

Jika masing-masing pada pendidiriannya untuk menggunakan salah 1 metode, maka sampai kapanpun tidak akan ada 1 Ramadhan/Syawal yg sama dalam sebuah negara (apalalagi wilayahnya luas) spt Indonesia.

Kedua (2):
Hisab = menentukan 1 Ramadhan dengan menggunakan Perhitungan ilmu Falak/Astronomi (termasuk menggunakan software komputer). Ini digunakan setelah beberapa kurun dari zaman Nabi oleh para astronom muslim/non.

Adapun hasil Hisab itu, diperoleh dari data-data pengamatan (RUKYAT) benda langit (khususnya bulan) selama berpuluh tahun bahkan berabad-abad. Setelah perhitungan ini mapan, sebagian orang tidak melihat (Rukyat) lagi untuk penentuan 1 Ramadhan/Syawal.

Kelebihan dengan metode Hisab ini, bisa memprediksi penanggalan Qomariyah tanggal2 sebelum dan sesudah saat ini.

Kita bisa memprediksi 1 Ramadhan/Syawal dengan menggunakan software (spt di http://www.Cybersky.com).

Ketiga (3):
Rukyat = menentukan 1 Ramadhan dengan memperhatikan pergerakan bulan secara langsung. Hal ini tetap digunakan karena landasan Qur’an dan Hadits Nabi yang menganjurkan melihat bulan. Bahkan jika bulan tertutup awan, Nabi menyuruh untuk menggenapkan perhitungan bulan.

Berdasarkan sains dan teknologi, telah didapati kesimpulan bahwa, untuk melihat Sabit bulan, ketinggian bulan harus berada sedikitnya 2 derajat di atas cakrawala barat saat matahari tenggelam.

Jadi, meskipun menurut perhitungan, bulan sudah masuk tanggal 1, namun masih dibawah 2 derajat, tidak disimpulkan sebagai tanggal 1 bulan Qomariah. Inilah pandangan dari pengguna metode RUKYAT.

MENGAPA BISA TERJADI PERBEDAAN?
Hal ini terjadi karena masing-masing berpendapat metodenyalah yang paling benar, bahkan lebih parah lagi  ada yang masih memakai rujukan2 dari guru2 terdahulunya, meskipun rujukan 2 tersebut sudah berumur ratusan tahun. Akibatnya ada yg berpuasa di H-3 sampai H+2 dari ketetapan pemerintah.

SOLUSINYA?
Ada baiknya anjuran untuk segera mensosialisasikan Mecca Mean Time di seluruh dunia, agar umat Islam bahkan seluruh manusia menggunakan patokan waktu ini. Jika ini tercapai, mungkin perbedaan2 bisa diminimalisir. Berikut sebagai tambahan berupa pertanyaan untuk membuka wawasan khususnya tentang kalender & jam Hijiyah.

=============================

# TAMBAHAN #

Tambahan (1):
Umat Islam menggunakan Bulan dalam perhitungan kalendernya (Qomariyah). Tidak hanya Muslim, Orang Tionghoa (China Daratan) dan banyak suku/bangsa lainnya juga menggunakan Bulan sebagai metode penanggalan.

Namun, dalam Islam… Mengamati benda langit dinilai ibadah, tidak seperti lainnya. Hal ini karena pengamatan astronomis tsb sangat berkaitan erat dengan peribadatan umat Islam.

Al Qur’an sendiri telah menjelaskannya secara gamblang, bahwa Bulan & Matahari digunakan sabagai alat bantu untuk penentuan waktu-waktu ibadah. (Silakan cek Surat & ayatnya !)

Tambahan (2):
Dalam kalender Hijriah, Perlu diingat, perhitungan Hari dimulai dari Maghrib (saat matahari tenggelam/sudah dibawah ufuk barat) sampai Maghrib berikutnya. Jadi, 1 hari 1 malam adalah dari maghrib ke maghrib berikutnya.

Mungkin banyak yg tahu anjuran Nabi untuk baca Surat Yaasiiiin di “awal hari”, untuk ini sekali lagi menunjukkan baca Yaasiinnya habis sholat maghrib, bukan setelah subuh.

Tambahan (3):
Bulan mengelilingi Bumi dalam tempo 1 BULAN, dan berotasi pada sumbunya juga 1 BULAN, atau kala Rotasi Bulan = kala Revolusinya. Ini yang menyebabkan wajah bulan hanya sebelah saja yang kelihatan (spt yg kita lihat).

PERTANYAAN2 :

# Pertanyaan 1:
Apakah pantas, dalam 1 hari (misal Jum’at) ada lebih dari 1 tanggal Qomariah?

# Pertanyaan 2:
Jika tidak pantas, dimana yang harus diluruskan? Dimana letak kesalahannya?

# Pertanyaan 3:
Tahukah Anda, seluruh dunia sepakat jam 00:00 berada di London (Greenwich), anehnya semua umat Islam (termasuk Indonesia) tidak ada yang komplen dengan hal ini.
Dimanakah jam 00:00 waktu Hijriah itu?

# Pertanyaan 4:
Kenyataan belum ada kesepakatan umat Islam untuk menggunakan Mecca Mean Time yg sudah lama digagas (untuk jam 00:00) umat Islam serta tanggal 1 Global. Padahal sudah terbukti secara Qur’an, hadits, serta secara ilmiah dan teknologi bahwa Mecca merupakan pusat bumi, dan pantas sebagai acuan waktu Universal.
Apa kiranya yg menjadi penyebab?

# Pertanyaan 5:
Stamford (Turunan Yahudi) dan koleganya menjadikan Day Line (tahun 1919) pada posisi 180 derajat bujur Bumi (bertolak belakang dengan GMT 00:00 – Greenwich), letaknya melalui kepulauan Solomon / Samudera Fasifik.
Dari sinilah awal hari dunia dimulai, sehingga Indonesia menjadi lebih dahulu (+ 4 jam) ketimbang Mecca, sebaliknya jika Mecca Mean Time menjadi acuan (00:00 Global), maka Indonesia akan tertinggal -20 jam.

Tahukah anda apa efek dari dibuatnya Garis Day Line di Samudra Pasifik itu terhadap ibadah umat Islam? Mari kita diskusikan…

Wassalam,

Guru Jangan Rewel, Ketentuan Mengajar Tetap 24 Jam

JAKARTA – Pemerintah dibuat geregetan oleh sikap sejumlah guru yang rewel dan terus mempersoalkan ketentuan jam mengajar. Mereka mengeluh karena harus mengajar di banyak sekolah. Ada juga yang mengeluh karena jam mengajar mereka di-nol-kan.

Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Musliar Kasim menyatakan, ketentuan yang mewajibkan guru mengajar 24 jam pelajaran setiap minggu itu sudah tepat dan tinggal dijalankan. Sebab, hal tersebut dirasa tepat untuk mengukur kinerja guru. ’’Ingat, guru itu juga PNS. Jadi, jam bekerjanya tidak boleh seenaknya,’’ tuturnya.

Dia menjelaskan, ketentuan mengajar minimal 24 jam pelajaran setiap minggu itu sejatinya tidak perlu direpotkan karena sebenarnya memang tidak memberatkan. Menurut Musliar, jika dihitung dengan jam normal, beban 24 jam pelajaran per pekan itu sama dengan 18 jam (1 jam pelajaran sama dengan 45 menit). Jika para guru mengajar enam hari dalam sepekan, berarti setiap hari mereka hanya diwajibkan mengajar selama 3 jam. Dia lantas membandingkan dengan PNS bidang lain yang memiliki kewajiban bekerja 7–8 jam per hari.

Mantan rektor Universitas Andalas, Padang, itu menyebutkan, jika sebuah sekolah tidak kelebihan guru, setiap guru tidak akan sulit memenuhi target jam mengajar tersebut. Apalagi di sekolah yang memiliki banyak rombongan belajar. ’’Aturan beban mengajar ini sudah tertuang dalam PP. Sudah tidak perlu dipolemikkan. Tinggal dijalankan saja,’’ tegasnya. Musliar juga mengingatkan, ketentuan mengajar selama 24 jam pelajaran per minggu tersebut menjadi salah satu syarat bagi guru bersertifikat untuk mendapat tunjangan profesi pendidik (TPP).

Dampak pemberlakuan ketentuan mengajar 24 jam pelajaran tersebut, kata Musliar, muncul banyaknya kasus guru mencari tambahan di sekolah lain. Sebab, di sekolah pertama, mereka sudah tidak kebagian jam mengajar, sehingga wajib mencari sekolah lain. Upaya tersebut diperbolehkan karena diatur dalam SKB lima menteri tentang distribusi guru. Kasus lebih ekstrem, ada guru baru yang jam mengajarnya di-nol-kan. Sebab, jam mengajar mereka dikembalikan lagi ke guru senior yang sudah bersertifikat. Karena itu, guru senior tersebut tidak perlu sampai mengajar di tempat lain.

Kejadian itu, menurut Musliar, harus menjadi pelajaran bagi kepala sekolah. Dia meminta, dengan adanya dua aturan tersebut, para kepala sekolah lebih bijak dalam merekrut guru baru. ’’Jangan jor-joran merekrut guru,’’ ujarnya. Ada beberapa kasus. Misalnya, kepala sekolah terpaksa menampung sarjana-sarjana pendidikan baru yang kebetulan merupakan keluarga atau relasinya. Kasus membeludaknya guru yang terekam, antara lain, terjadi di Provinsi DKI Jakarta.

Di provinsi tersebut, Musliar mendapat informasi bahwa sekolah tingkat SMA kelebihan 3.598 guru dan SMK 1.635 guru. Dengan kondisi tersebut, wajar banyak guru yang berlarian ke sana kemari untuk mencari sekolah baru supaya target mengajar terpenuhi.

(Jawa Pos, 17 Juni 2012)

 

Mengapa Bulan/Matahari Tampak Lebih Besar di Cakrawala?

Gejala bulan / matahari lebih besar pada saat dekat dengan cakrawala hanyalah ilusi, karena otak kita berpikir bahwa arah cakrawala lebih jauh daripada di titik kulminasi / zenith.

Karena itu ketika kamu melihat bulan / matahari terbit di cakrawala dan perlahan-lahan naik ke zenith ia akan tampak semakin mengecil.

Matahari tampak lebih besar di cakrawa.
Kredit : wallpaper4me.com

Fenomena ini juga dikenal sebagai Ilusi Bulan dan juga sama kasusnya dengan Matahari. Ilusi ini terjadi karena ketika Bulan / Matahari sedang di cakrawala secara tidak sadar kita  membandingkannya dengan obyek latar depan seperti pohon, rumah, gunung atau kadang dengan cakrawala itu sendiri sehingga Bulan / Matahari tampak lebih besar dibanding ketika Bulan / Matahari menggantung sendirian di langit.

Kasus ilusi Bulan ini mirip atau sama dengan yang namanya ilusi Ponzo atau ilusi optik geometri dimana otak berpikir bahwa apapun yang ada di atas berada lebih jauh maka ukurannya pasti lebih besar. Tapi dalam kenyataannya ukurannya sebenarnya sama.

Ada juga yang menduga kalau ilusi tersebut terjadi karena pembiasan. Tapi, pembiasan atmosfer hanya perpengaruh pada penggepengan piringan matahari/bulan (yang justru membuat bulan/matahari lebih kecil pada sumbu vertikalnya) dan juga perubahan warna menjadi lebih merah.

Sumber: Langit Selatan

Animasi Pada Tata Surya

Berikut contoh hasil animasi menggunakan powerpoint pada sistem tata surya sederhana. Silahkan klik untuk melihat presentasinya.

Animasi Tata Surya (Matahari-Bumi-Bulan)

MENGUNGKAP PERJALANAN ISRA RASULULLAH SAW, TEORI FISIKA HAWKING

Salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW adalah diperjalankannya beliau oleh Allah SWT melalui peristiwa Isra’ Mi’raj. Banyak yang coba mengungkapkan peristiwa tersebut secara ilmiah, salah satunya melalui Teori Fisika paling mutahir, yang dikemukakan oleh Dr. Stephen Hawking.

TEORI LUBANG CACING

Raksasa di dunia ilmu fisika yang pertama adalah Isaac Newton (1642-1727) dengan bukunya : Philosophia Naturalis Principia Mathematica, menerangkan tentang konsep Gaya dalam Hukum Gravitasi dan Hukum Gerak.

Baca lebih lanjut

Mengungkap Perjalanan Isra Rasulullah SAW, Teori Fisika Hawking

Salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW adalah diperjalankannya beliau oleh Allah SWT melalui peristiwa Isra’ Mi’raj. Banyak yang coba mengungkapkan peristiwa tersebut secara ilmiah, salah satunya melalui Teori Fisika paling mutahir, yang dikemukakan oleh Dr. Stephen Hawking.

TEORI LUBANG CACING

Raksasa di dunia ilmu fisika yang pertama adalah Isaac Newton (1642-1727) dengan bukunya : Philosophia Naturalis Principia Mathematica, menerangkan tentang konsep Gaya dalam Hukum Gravitasi dan Hukum Gerak.

Kemudian dilanjutkan oleh Albert Einstein (1879-1955) dengan Teori Relativitasnya yang terbagi atas Relativitas Khusus (1905) dan Relativitas Umum (1907).

Dan yang terakhir adalah Stephen William Hawking, CH, CBE, FRS (lahir di Oxford, Britania Raya, 8 Januari 1942), beliau dikenal sebagai ahli fisika teoritis.

Dr. Stephen Hawking dikenal akan sumbangannya di bidang fisika kuantum, terutama sekali karena teori-teorinya mengenai tiori kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam, dan tulisan-tulisan topnya di mana ia membicarakan teori-teori dan kosmologinya secara umum.

Tulisan-tulisannya ini termasuk novel ilmiah ringan A Brief History of Time, yang tercantum dalam daftar bestseller di Sunday Times London selama 237 minggu berturut-turut, suatu periode terpanjang dalam sejarah.

Berdasarkan teori Roger Penrose :
“Bintang yang telah kehabisan bahan bakarnya akan runtuh akibat gravitasinya sendiri dan menjadi sebuah titik kecil dengan rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga, sehingga menjadi sebuah singularitas di pusat lubang hitam (black hole).“Dengan cara membalik prosesnya, maka diperoleh teori berikut :

Lebih dari 15 milyar tahun yang lalu, penciptaan alam semesta dimulai dari sebuah singularitas dengan rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga, meledak dan mengembang. Peristiwa ini disebut Dentuman Besar (Big Bang), dan sampai sekarang alam semesta ini masih terus mengembang hingga mencapai radius maksimum sebelum akhirnya mengalami Keruntuhan Besar (kiamat) menuju singularitas yang kacau dan tak teratur.

Dalam kondisi singularitas awal jagat raya, Teori Relativitas, karena rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga akan menghasilkan besaran yang tidak dapat diramalkan.

Menurut Hawking bila kita tidak bisa menggunakan teori relativitas pada awal penciptaan “jagat raya”, padahal tahap-tahap pengembangan jagat raya dimulai dari situ, maka teori relativitas itu juga tidak bisa dipakai pada semua tahapnya.

Di sini kita harus menggunakan mekanika kuantum. Penggunaan mekanika kuantum pada alam semesta akan menghasilkan alam semesta “tanpa pangkal ujung” karena adanya waktu maya dan ruang kuantum.

Pada kondisi waktu nyata (waktu manusia) waktu hanya bisa berjalan maju dengan laju tetap, menuju nanti, besok, seminggu, sebulan, setahun lagi dan seterusnya, tidak bisa melompat ke masa lalu atau masa depan.

Menurut Hawking, pada kondisi waktu maya (waktu Tuhan) melalui “lubang cacing” kita bisa pergi ke waktu manapun dalam riwayat bumi, bisa pergi ke masa lalu dan ke masa depan.
Hal ini bermakna, masa depan dan kiamat (dalam waktu maya) menurut Hawking “telah ada dan sudah selesai” sejak diciptakannya alam semesta. Selain itu melalui “lubang cacing” kita bisa pergi ke manapun di seluruh alam semesta dengan seketika.

Jadi dalam pandangan Hawking takdir itu tidak bisa diubah, sudah jadi sejak diciptakannya.

Dalam bahasa ilmu kalam :
“Tinta takdir yang jumlahnya lebih banyak daripada seluruh air yang ada di tujuh samudera di bumi telah habis dituliskan di Lauhul Mahfudz pada awal penciptaan, tidak tersisa lagi (tinta) untuk menuliskan perubahannya barang setetes.”Menurut Dr. H.M. Nasim Fauzi, sesuai dengan teori Stephen Hawking, manusia dengan waktu nyatanya tidak bisa menjangkau masa depan (dan masa silam).

Tetapi bila manusia dengan kekuasaan Allah, bisa memasuki waktu maya (waktu Allah) maka manusia melalui “lubang cacing” bisa pergi ke masa depan yaitu masa kiamat dan sesudahnya, bisa melihat masa kebangkitan, neraka dan shiroth serta bisa melihat surga kemudian kembali ke masa kini, seperti yang terjadi pada Nabi Muhammad SAW, sewaktu menjalani Isra’ dan Mi’raj.

Sebagaimana firman Allah :
Dan Sesungguhnya Muhammad Telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidrotil Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal . . .
(QS. An Najm / 53:13-15)Nampaknya dalam mengungkap Perjalanan Isra, Teori Hawking dengan “Lubang Cacing”-nya, sama logisnya dengan Teori Menerobos Garis Tengah Jagat Raya namun meskipun begitu, teori Hawking, tidak semuanya bisa kita terima dengan mentah-mentah.

Seandainya benar, Rasulullah diperjalankan Allah melalui “lubang cacing” semesta, seperti yang diutarakan oleh Dr. H.M. Nasim Fauzi, harus diingat bahwa perjalanan tersebut adalah perjalanan lintas alam, yakni menuju ke tempat yang kelak dipersiapkan bagi umat manusia, di masa mendatang (surga).

Rasulullah dari masa ketika itu (saat pergi), berangkat menuju surga, dan pada akhirnya kembali ke masa ketika itu (saat pulang).

Dan dengan mengambil teladan peristiwa Isra, kita bisa ambil kesimpulan :
1. Manusia dengan kekuasaan Allah, dapat melakukan perjalanan lintas alam, untuk kemudian kembali kepada waktu normal.

2. Manusia yang melakukan perjalanan ke masa depan, namun masih pada ruang dimensi alam yang sama, tidak akan kembali kepada masa silam (mungkin sebagaimana terjadi pada Para Pemuda Kahfi).

3. Manusia sekarang, ada kemungkinan dikunjungi makhluk masa silam, tetapi mustahil bisa dikunjungi oleh makhluk masa depan. Hal ini semakin mempertegas, semua kejadian di masa depan, hanya dipengaruhi oleh kejadian di masa sebelumnya.WaLLahu a’lamu bisshawab…

dari berbagai sumber

Makkah Pusat Bumi dan Pusat Waktu Dunia

Supremasi standar waktu internasional Greenwich Mean Time kini mendapat tantangan dari jam raksasa yang dibangun di Mekkah. Pemerintah Arab Saudi berharap jam Menara Mekkah ini menjadi acuan 1,5 miliar muslim di dunia.Jam Menara Mekkah ini mulai berdetak pada hari Kamis, 12 Agusutus 2010, bersamaan dengan mulainya bulan Ramadan.

Menara Jam Mekkah ini sangat mirip dengan BigBen. Jam ini bisa dilihat dari empat arah. Jam ini lebarnya 45 meter ini akan diterangi dua juta lampu LED. Pada jam itu ada tulisan Arab besar “Dengan nama Allah.” Jam ini akan beroperasi dengan standar sendiri yakni Saudi Standar Waktu atau 3 jam lebih dulu ketimbang GMT.

Jamnya sendiri ada di sebuah menara dengan puncaknya terdapat lengkungan bulan sabit sebagai lambang Islam. Menara ini akan dibangun setinggi 600 meter dan akan menjadi bangunan tertinggi kedua di dunia (menara tertinggi di dunia : Burj Khalifa di Dubai, 828 meter). Dari soal tinggi, Menara Jam Mekkah ini akan mengalahkan Big Ben. Big Ben tingginya cuma 94,8 meter dengan lebar 6,9 meter.

Keunikan Menara Jam Mekah lainnya adalah setiap datang waktu salat, 21 ribu lampu hijau dan putih akan berpendar-pendar. Ini tanda untuk mengingatkan kaum muslimin untuk salat. Lampu ini bisa dilihat dari jarak 18 mil atau 28,8 kilometer.

Pendirian Menara Jam Mekkah ini juga bertujuan agar Mekkah menjadi patokan waktu dunia. Selama 125 tahun ini, dunia internasional hanya mengenal satu standar waktu yakni jam yang dihitung dari bujur 0 derajat yang melewati Observatorium Greenwich. Standar inilah yang ingin ditantang Mekkah.

Menurut ulama Mesir Yusuf Qardawi, Mekkah lebih tepat ditetapkan menjadi poros bumi. Dalam talkshow Syariah dan Kehidupan, Yusuf menegaskan bahwa Mekka adalah meridian utama dan menjadi “titik keselarasan magnetis sempurna“. Dia mengklaim kota suci Mekkah adalah “nol zona magnet“. Data ini dikuatkan oleh beberapa temuan ilmuwan Arab seperti Abdul Basyit dari Pusat Penelitian Nasional Mesir yang mengatakan bahwa tidak ada gaya magnet di Mekkah. “Itu sebabnya jika seseorang tinggal di sana atau melakukan perjalanan di sana, orang akan lebih sehat karena tak dipengaruhi magnet bumi,” katanya seperti dikutip Telegraph.

Penemuan ilmiah membuktikan bahwa Makkah adalah pusat dari planet bumi. Fakta ini memperkuat kebenaran ilmiah dan ruhiah Islam, sekaligus menjadi dasar kuat penerapan jam Makkah sebagai acuan waktu dunia, menggantikan Greenwich yang penuh kontroversi.

Jama’ah haji mulai kembali ke negaranya masing-masing. Sekian lama mereka harus meninggalkan negeri masing-masing. Kini telah tuntas mereka mengusaikan manasik, atau ritual-ritual ibadah haji di berbagai tempat yang ada di Makkah dan sekitarnya. Dalam beberapa hari di bulan Dzulhijjah itu, mereka diberi kemuliaan oleh Allah untuk menjadi tamu-Nya, mengunjungi rumah-Nya,kiblat kaum muslimin di seluruh dunia.

Makkah

Allah telah menjadikan Makkah sebagai tanah suci, bahkan dipilih-Nya sebagai tempat bagi baitullah (rumah Allah), sekaligus sebagai tempat diutusnya nabi dan rasul terakhir Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Keistimewaan ini memunculkan pertanyaan, mengapa Makkah? Tentu, hal itu adalah rahasia Allah. Namun, dari kajian yang dilakukan ilmuwan muslim, terungkap fakta mengejutkan tentang keistimewaan kota Makkah, bila ditilik dari sudut ilmu geografi (ilmu bumi) dan geologi (ilmu tanah). Sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh Dr Husain Kamaluddin, seorang dosen ilmu ukur bumi, telah membuktikan bahwa Makkah adalah pusat bumi.

Pada mulanya, penelitian itu bertujuan untuk menemukan suatu cara yang bisa membantu seorang muslim untuk memastikan lokasi kiblat, dari tempat manapun di dunia. “Kami katakan di dalam bumi, bukan di atas bumi, karena atmosfer mengikuti planet bumi. Dengan demikian manusia selalu berada di dalam bumi, kecuali bila ia terbang ke luar angkasa,” tutur Dr Husain mengawali penjelasan ilmiahnya. Namun di tengah risetnya, pria ini seperti menemukan durian runtuh. Betapa tidak, ia berhasil mengungkap fakta yang seharusnya dapat memecahkan polemik ratusan tahun tentang pusat planet bumi. Bersama timnya, ilmuwan Mesir ini mendapati Makkah sebagai pusat bagi seluruh benua yang ada di bumi.

Pada mulanya ia menggambar peta bumi untuk memastikan arah kiblat dari berbagai tempat. Setelah menggambar benua-benua berdasarkan jarak setiap tempat yang ada di keenam benua serta lokasinya dari Kota Makkah al-Mukarramah, ia memulai menggambar garis-garis sejajar hanya untuk memudahkan proyeksi garis bujur dan garis lintang. Pada penelitian pertama ini, ia sudah menemukan fakta bahwa Makkah adalah pusat bumi, karena kota suci tersebut menjadi titik pusat garis-garis itu!

Dr Husain yang saat itu menjadi Kepala Bagian Ilmu Ukur Bumi di Universitas Riyadh Saudi Arabia, kemudian membuat garis-garis benua dan segala perinciannya untuk kepentingan risetnya. Pekerjaannya terbantu oleh program-program komputer untuk menentukan jarak-jarak valid dan variasi-variasi berbeda, serta banyak hal lainnya. Ia kagum terhadap apa yang ia temukan, bahwa Makkah memang benar-benar pusat bumi.

Ia berhasil membuat lingkaran detail dengan Makkah sebagai pusatnya. Garis-garis luar lingkaran itu berada di luar benua-benua, sedangkan keliling garisnya berputar bersama garis luar benua-benua itu. Dalam riset ini, Dr Husain bersama timnya berhasil menemukan salah satu hikmah ilahiah: mengapa Makkah al-Mukarramah dipilih sebagai tempat bagi baitullah! (Majalah al-‘Arabi, edisi 237, Agustus, 1970)

Foto-foto satelit, studi-studi topografi dan kajian lapisan bumi serta geografi yang muncul kemudian pada tahun 90-an, menekankan hasil yang sama dengan penemuan tim Dr Husain di tahun 70-an itu.

Telah menjadi teori yang mapan secara ilmiah bahwa lempengan-lempengan bumi terbentuk selama usia geologi yang panjang bergerak secara teratur di sekitar lempengan Arab. Lempengan-lempengan ini terus- menerus memusat ke arah itu seolah-olah menunjuk ke Makkah. Studi ilmiah yang menghasilkan teori itu memang dilaksanakan untuk tujuan berbeda, bukan dimaksud untuk membuktikan bahwa Makkah adalah pusat dari bumi. Namun studi yang diterbitkan di dalam banyak majalah sains di Barat itu, dengan sendirinya turut menegaskan bahwa pusat planet bumi adalah kota suci umat Islam, Makkah al-Mukarramah. Subhanallah!

Kebenaran ilmiah itu menjadi pembuktian firman Allah berikut ini:

“Dan ini (al-Qur’an) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Makkah) dan penduduk (negeri-negeri) di sekelilingnya.” (QS. Al-An’am: 92)

Dalam ayat lain, yakni pada Surat asy-Syura ayat 7, Allah juga menyebut Makkah dengan Ummul Qura, dan negeri-negeri lain dengan “negeri-negeri di sekelilingnya”.
Mengapa Allah menyebut Makkah sebagai Ummul Qura (induk kota-kota)? Mengapa Allah menyebut daerah selain Makkah dengan kalimat “negeri-negeri di sekelilingnya”?

Dipastikan melalui berbagai penemuan mutakhir di abad ini bahwa hal itu terkait dengan pusat bumi dan hal-hal yang mengelilinginya. Kata “Ummul Qura’” berarti induk bagi kota-kota lain, dan kota-kota di sekelilingnya menunjukkan Makkah adalah pusat bagi kota-kota lain, sementara yang lain hanyalah berada di sekelilingnya. Lebih dari itu, kata ummu (ibu) mempunyai arti yang penting di dalam kultur Islam.

Sebagaimana seorang ibu yang menjadi sumber keturunan, maka Makkah juga merupakan sumber dari semua negeri lain. Selain itu, kata “ibu” memberi Makkah keunggulan di atas semua kota lain. Karena Makkah juga disebut Bakkah, tempat di mana umat Islam melaksanakan haji itu, terbukti sebagai tempat yang pertama diciptakan.

Telah menjadi kenyataan ilmiah bahwa bola bumi ini pada mulanya tenggelam di dalam air (samudera yang sangat luas). Kemudian gunung api di dasar samudera meletus dengan keras dan mengirimkan lava dan magma dalam jumlah besar dan membentuk “bukit”. Bukit inilah yang kemudian menjadi tempat Allah memerintahkan untuk menjadikannya lantai dari Ka’bah (kiblat). Untuk diketahui batu basal Makkah juga telah dibuktikan sebagai batu paling purba di bumi.

Jika demikian, ini berarti bahwa Allah terus-menerus memperluas dataran ini. Adakah hadits nabi yang menunjukkan fakta mengejutkan ini? Jawabannya adalah “ya!” Nabi bersabda, “Ka’bah itu seperti tanah di atas air, dari tempat itu bumi ini diperluas.”

Menjadi tempat yang pertama diciptakan menambah sisi spiritual tempat tersebut. Allah telah memuliakan Makkah saat Dia menjadikannya sebagai pusat ibadah umat Islam, terutama ibadah haji. Allah juga berkehendak menjadikan rumah yang digunakan untuk menyembah-Nya terletak di Makkah, sebagai kota tujuan umat muslim dalam haji dan umrah.

Makkah berada di tengah bumi, sejalan dengan makna firman Allah dalam Surat al-Baqarah: “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (ummat Islam), ummat yang adil.” (QS al-Baqarah: 143).

Kata “adil” pada ayat di atas diterjemahkan dari kata wasath, yang dalam bahasa Arab berarti “tengah-tengah.” Bagi yang mempercayai mukjizat angka dalam al-Qur’an akan menemukan fakta, bahwa ayat yang menegaskan tentang tengah-tengahnya umat Islam ini terdapat pada ayat 143, dan itu adalah tengah-tengahnya Surat al-Baqarah yang memiliki 286 ayat. Maha Besar Allah!

Sejumlah pakar Islam di bidang geologi dan ilmu syariah mulai mengkampanyekan persamaan waktu dunia dengan merujuk waktu Makkah al-Mukarramah. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengganti persamaan waktu Greenwich (GMT) yang selama ini digunakan banyak penduduk dunia. Menurut sejumlah kajian ilmiah, Makkahlah yang seharusnya menjadi pusat bumi.

Persoalan tersebut muncul dalam Konferensi Ilmiah bertajuk “Makkah Sebagai Pusat Bumi, antara Teori dan Praktek”. Konferensi yang diselenggarakan di ibukota Qatar, Dhoha pada tahun ini (2009) menyimpulkan tentang acuan waktu Islam berdasarkan kajian ilmiah yakni Makkah. Konferensi juga menyeru pada umat Islam agar mengganti acuan waktu dunia yang selama ini merujuk pada Greenwich. Konferensi  dihadiri oleh Syaikh Dr Yusuf al-Qaradhawi, dan juga sejumlah pakar geologi Mesir seperti Dr Zaghlul Najjar, dosen ilmu bumi di Wales University di Inggris, serta Ir Yaseen Shaok, seorang saintis yang mempelopori jam Makkah.

Dr Qaradhawi dalam kesempatan itu menyampaikan dukungannya agar umat Islam dan juga dunia menggunakan acuan waktu Makkah sebagai acuan waktu yang sejati, karena Makkah adalah pusat bumi. “Kami menyambut kajian ilmiah dengan hasil yang menegaskan kemuliaan kiblat umat Islam. Meneguhkan lagi teori bahwa Makkah merupakan pusat bumi adalah sama dengan penegasan jati diri keislaman dan menopang kemuliaan umat Islam atas agama, umat dan peradabannya,” jelas Qaradhawi yang juga ketua Asosiasi Ulama Islam Internasional itu.

Terkait Makkah sebagai pusat bumi, Dr Zaghlul Najjar mengamini penelitian yang dilakukan oleh Dr Husain Kamaluddin di atas, bahwa ternyata Makkah Mukarramah memang menjadi titik pusat bumi. Hasil penelitian yang dipublikasikan oleh The Egyptian Scholars of The Sun and Space Research Center yang berpusat di Kairo itu, melukiskan peta dunia baru, yang dapat menunjukkan arah Makkah dari kota-kota lain di dunia. Dengan menggunakan perkiraan matematik dan kaidah yang disebut “spherical triangle”. Dr Husain menyimpulkan kedudukan Makkah betul-betul berada di tengah-tengah daratan bumi. Sekaligus membuktikan bahwa bumi ini berkembang dari Makkah.

Ada banyak argumentasi ilmiah untuk membuktikan bahwa Makkah merupakan wilayah nol bujur sangkar yang melalui kota suci tersebut, dan tidak melewati Greenwich di Inggris. GMT dipaksakan pada dunia ketika mayoritas negeri di dunia berada dibawah jajahan Inggris. Jika waktu Makkah yang diterapkan, maka mudah bagi setiap orang untuk mengetahui waktu shalat, sekaligus akan mengakhiri kontroversi lama yang dimulai empat dekade lalu tentang rujukan waktu dunia. Kini menjadi keharusan bagi umat dan media Islam untuk terus mengkampanyekan kebenaran ini.

Abraj Al-Bait

Dibangunnya jam raksasa di kota Mekah akan menjadi acuan waktu umat Muslim di Dunia dan memudarkan dominasi Jam Big Ben di London yang lebih dikenal dengan GMT. Greenwich Mean Time atau lebih dikenal sengan singkatan GMT ditantang oleh sebuah jam raksasa baru yang dibangun di Mekah.Jam tersebut ditempatkan di atas Mekkah Royal Clock di dalamnya terdapat hotel, pusat perbelanjaan, dan ruang konferensi.

Walau belum selesai 100 persen jam raksasa sudah berfungsi tepat di hari pertama bulan puasa Jam akan berjalan berdasarkan Standar Waktu Arabia(AST).
Para Ulama Islam percaya bahwa Mekah adalah pusat bumi dikarenakan kota suci itu merupakan ‘zona nol magnet’ sehingga orang yang tinggal di Mekah akan terhindar dari gravitasi bumi, ia akan lebih sehat,mendapatkan energi baru dan hidup lebih lama.

Dengan dibangunnya jam ini diharapkan 1,5 miliar warga Muslim dunia akan mengacu waktunya dari kota Mekah.Jam raksasa ini merupakan menara tertinggi kedua di dunia (577m) setelah menara Dubai (828m). Makkah, memang luar biasa. Bukan saja karena di tanah Arab itulah bumipara nabi, tapi di sanalah berada ka’bah, kiblat bagi umat muslim. Bahkan, kawasan masjidil haram semakin tua justru semakin cantik. Tempat ibadah yang nyaman, sementara berbagai hotel berbintang berdiri megah mencakar langit. Terbaru, sebagaimana dilansir kantor berita Associated Press (AP), kemarin Negara yang didirikan Abdul Aziz as-Sa?ud itu resmi mengoperasionalkan jam dinding terbesar di dunia.

Ingat bagiamana kemegahan jam raksasa di pusat Kota London Big Ben? Inilah tandingannya. Jam raksasa dengan empat sisi itu terpancang dipuncak sebuah tower setinggi 600 meter atau setara 1.970 kaki. Bangunan ini bahkan menjadi bangunan tertinggi nomor dua di dunia setelah Menara Dubai Burj Khalifa di Uni Emirat Arab.

Jam yang lebih dari satu abad diakui sebagai pusat waktu dunia atau Greenwich Mean Time (GMT) itu, tertandingi dengan jam di makah tersebut. Telegraph, melaporkan, jam tersebut ditempatkan di atas Mekkah Royal Clock Tower yang mendominasi kota suci Islam itu. Ini adalah jantung dari sebuah kompleks luas yang didanai Pemerintah Arab Saudi, didalamnya terdapat hotel, pusat perbelanjaan, dan ruang konferensi.
Dari penampilan, memang menara jam raksasa itu menyaru Menara St Stephen tempat untuk lonceng Big Ben dan Empire State Building. Menara jam Saudi itu memang bertujuan untuk mengalahkan saingannya di Inggris tersebut dalam segala segi.

Dengan dibangunnya jam raksasa ini di atas Menara Mekka Royal Clock diharapkan sekitar 1,5 miliar warga Muslim dunia akan mengacu waktunya dari kota Mekah. Alasan mengapa Mekah Menjadi Pusat Waktu Dunia adalah para ulama muslim percaya bahwa kota Mekah adalah pusat bumi dikarenakan kota Mekah itu merupakan “zona nol magnet” sehingga orang yang tinggal di kota Mekah akan terhindar dari pengaruh alamiah makhluk yang mengalami gravitasi bumi, ia akan lebih sehat, mendapatkan energi baru dan hidup lebih lama (panjang umur).

Ingin Gaji Besar? Pilih Jurusan Kuliah Yang Benar!

Kuliah memiliki banyak tujuan. Ada yang ingin mencari ilmu setinggi mungkin, agar punya gelar, atau untuk menaikkan posisi tawar saat mencari kerja. Namun tahukah kamu bahwa tidak semua jurusan yang ada di bangku kuliah membuat ‘nilai’ pencari kerja meningkat?

Bahwa tidak semua jurusan mampu ‘membayar’ kembali saat lulus, seperti daftar yang dibuat oleh PayScale. Situs ini memaparkan jurusan yang lulusannya digaji dengan nilai paling tinggi di Amerika Serikat.

Uniknya, jurusan kedokteran tidak masuk dalam daftar 13 besar. Begitu juga dengan ilmu sosial, tidak ada yang masuk dalam daftar ini. Lantas, jurusan apa saja yang paling menghasilkan gaji tinggi? Berikut pemaparannya.

1. Jurusan Teknik Perminyakan
Lulusan jurusan ini yang memiliki pengalaman kerja dua tahun (atau disebut PayScale sebagai pemula), rata-rata dibayar USD97.900 atau setara dengan Rp828,9 juta per tahun. Sementara yang sudah pengalaman selama 15 tahun (mid-career), dibayar USD155 ribu atau setara dengan Rp1,3 miliar per tahun.

Baca lebih lanjut

Animasi Powerpoint Pada Atom

Berikut contoh hasil animasi menggunakan powerpoint pada sistem Atom sederhana. Silahkan klik untuk melihat presentasinya.

Inti Atom dan Elektron

Isu Pemanasan Global

Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.

Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, “sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia”[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Baca lebih lanjut